Belajar Dari Monyet
Halaman 1 dari 1
Belajar Dari Monyet
NB:ayo semua belajar dari monyet yuk. dapet dari website sebelah nih.
==========================================
Belajar dari monyet…..
Jadi maluu neh…
“MONYET
... ”
Sayapernah
membaca artikel menarik tentang teknik berburu monyet di
hutan-hutanAfrika. Caranyabegitu unik. Sebab, teknik itu memungkinkan
si pemburu menangkap monyet dalamkeadaan hidup-hidup tanpa cedera
sedikitpun. Maklum, ordernya memang begitu.Sebab, monyet-monyet itu
akan digunakan sebagai hewan percobaan atau binatang sirkus di Amerika.
Cara
menangkapnya sederhana saja. Sang pemburu hanya menggunakan toples berleher
panjang dan sempit. Toples itu diisi kacang yang telah diberi aroma.
Tujuannya,agar mengundang monyet-monyet datang. Setelah diisi kacang,
toples-toples itu ditanam dalam tanah dengan menyisakan mulut toples dibiarkan
tanpa tutup.
Parapemburu
melakukannya di sore hari. Besoknya, mereka tingal
meringkusmonyet-monyet yang tangannya terjebak di dalam botol tak bisa
dikeluarkan. Kok,bisa? Tentu kita sudah tahu jawabnya.
Monyet-monyet itu
tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu memasukkan
tangan untuk mengambil kacang-kacang yang ada di dalam. Tapi karena menggenggam
kacang, monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya Selama mempertahankan
kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak. Toples itu terlalu berat
untuk diangkat. Jadi, monyet-monyet itu tidak akan dapat pergi ke mana-mana !
Mungkin
kita akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet-monyet itu. Tapi, tanpa sadar
sebenamya kita mungkin sedang menertawakan diri sendiri. Ya, kadang kita
bersikap seperti monyet-monyet itu. Kita mengenggam erat setiap permasalahan
yang kita miliki layaknya monyet mengenggam kacang.
Kita
sering mendendam, tak mudah memberi maaf, tak mudah melepaskan maaf.
Mulut mungkin berkata ikhlas, tapi bara amarah masih ada di dalam dada. Kita tak
pernah bisa melepasnya.
Bahkan,
kita bertindak begitu bodoh, membawa "toples-toples" itu ke mana pun
kita pergi. Dengan beban berat itu, kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa
sadar, kita sebenamya sedang terperangkap penyakit hati yang akut.
Teman, sebenarnya
monyet-monyet itu bisa selamat jika mau membuka genggaman tangannya.
Dan,
kita pun akan selamat dari penyakit hati jika sebelum tidur kita mau melepas
semua "rasa tidak enak" terhadap siapapun yang berinteraksi dengan
kita.
Dengan
begitu kita akan mendapati hari esok begitu cerah dan menghadapinya dengan
senyum. Dan, kita pun tahu surga itu diperuntukkan bagi orang-orang yang
hatinya bersih.
Jadi,
kenapa tetap kita genggam juga perasan tidak enak itu?
==========================================
Belajar dari monyet…..
Jadi maluu neh…
“MONYET
... ”
Sayapernah
membaca artikel menarik tentang teknik berburu monyet di
hutan-hutanAfrika. Caranyabegitu unik. Sebab, teknik itu memungkinkan
si pemburu menangkap monyet dalamkeadaan hidup-hidup tanpa cedera
sedikitpun. Maklum, ordernya memang begitu.Sebab, monyet-monyet itu
akan digunakan sebagai hewan percobaan atau binatang sirkus di Amerika.
Cara
menangkapnya sederhana saja. Sang pemburu hanya menggunakan toples berleher
panjang dan sempit. Toples itu diisi kacang yang telah diberi aroma.
Tujuannya,agar mengundang monyet-monyet datang. Setelah diisi kacang,
toples-toples itu ditanam dalam tanah dengan menyisakan mulut toples dibiarkan
tanpa tutup.
Parapemburu
melakukannya di sore hari. Besoknya, mereka tingal
meringkusmonyet-monyet yang tangannya terjebak di dalam botol tak bisa
dikeluarkan. Kok,bisa? Tentu kita sudah tahu jawabnya.
Monyet-monyet itu
tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu memasukkan
tangan untuk mengambil kacang-kacang yang ada di dalam. Tapi karena menggenggam
kacang, monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya Selama mempertahankan
kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak. Toples itu terlalu berat
untuk diangkat. Jadi, monyet-monyet itu tidak akan dapat pergi ke mana-mana !
Mungkin
kita akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet-monyet itu. Tapi, tanpa sadar
sebenamya kita mungkin sedang menertawakan diri sendiri. Ya, kadang kita
bersikap seperti monyet-monyet itu. Kita mengenggam erat setiap permasalahan
yang kita miliki layaknya monyet mengenggam kacang.
Kita
sering mendendam, tak mudah memberi maaf, tak mudah melepaskan maaf.
Mulut mungkin berkata ikhlas, tapi bara amarah masih ada di dalam dada. Kita tak
pernah bisa melepasnya.
Bahkan,
kita bertindak begitu bodoh, membawa "toples-toples" itu ke mana pun
kita pergi. Dengan beban berat itu, kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa
sadar, kita sebenamya sedang terperangkap penyakit hati yang akut.
Teman, sebenarnya
monyet-monyet itu bisa selamat jika mau membuka genggaman tangannya.
Dan,
kita pun akan selamat dari penyakit hati jika sebelum tidur kita mau melepas
semua "rasa tidak enak" terhadap siapapun yang berinteraksi dengan
kita.
Dengan
begitu kita akan mendapati hari esok begitu cerah dan menghadapinya dengan
senyum. Dan, kita pun tahu surga itu diperuntukkan bagi orang-orang yang
hatinya bersih.
Jadi,
kenapa tetap kita genggam juga perasan tidak enak itu?
Similar topics
» Foto2 Belajar Linux Bareng
» Bahasa Jepang
» Buat animasi dari film
» haaaiiiiiiii,lam kenal dari acku
» Voucher Spa Senilai 2 Juta dari Bali Heritage, mau?
» Bahasa Jepang
» Buat animasi dari film
» haaaiiiiiiii,lam kenal dari acku
» Voucher Spa Senilai 2 Juta dari Bali Heritage, mau?
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik